Rabu, 17 September 2008

PENJELASAN LITURGI MINGGU

- PL : Pemimpin Liturgi
- J : Jemaat

A. JEMAAT BERHIMPUN

(Jemaat duduk)
1. SAAT TEDUH
(Setelah saat teduh, dibunyikan bel 3x)
Penjelasan:
Saat teduh yang kemudian ditandai dengan bel 3x dilakukan setelah dilakukan doa di konsistorium. Setelah itu barulah pendeta, penatua, dan para pemimpin liturgi menuju pintu utama untuk melaksanakan prosesi.

(Jemaat berdiri)
2. PROSESI DENGAN NYANYIAN PROSESI
Penjelasan:
Prosesi adalah perarakan atau iring-iringan masuknya umat untuk menghadap Allah dalam kebaktian di awal kebaktian. Hal ini dilaksanakan dalam perarakan atau iring-iringan pelayan Firman, para pemimpin liturgi lainnya, para penatua/pendeta, dan para pelayan kebaktian (yang bukan pemimpin liturgy) ke ruang kebaktian. Dalam prosesi itu umat berdiri. Prosesi diiringi dengan nyanyian jemaat. Prosesi dilakukan dari pintu masuk utama, bukan dari arah samping mimbar.

Dalam kebaktian Minggu, urutan prosesi adalah sebagai berikut: penatua/pendeta (mewakili Majelis Jemaat) yang membawa Alkitab untuk diserahkan kepada pelayan Firman, pelayan firman, para penatua/pendeta, para pemimpin liturgy lainnya, dan para pelayan kebaktian.

Dalam kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan Pernikahan, prosesi dilakukan juga bersama dengan kedua mempelai dan orang tua/wali mereka. Dengan mengacu kepada urutan prosesi dalam kebaktian Minggu, kedua mempelai diikuti oleh orang-tua/wali mereka berjalan di belakang pemimpin liturgy lainnya.

Catatan:
- Alkitab yang dibawa oleh penatua (yang mewakili Majelis Jemaat) adalah Alkitab Mimbar. Dalam membawa Alkitab, sebaiknya penatua mengangkat Alkitab tersebut setinggi dada sehingga dapat terlihat oleh jemaat.


3. VOTUM:
PL : “Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, yang kasih-setiaNya sampai selama-lamanya”.
J : (Menyanyikan) Amin, amin, amin
Penjelasan:
Votum adalah ungkapan “dalam nama Tuhan” (lihat Kol. 3:17) yang diucapkan oleh pemimpin liturgi. Ketika votum diucapkan, jemaat mengambil sikap tunduk.Votum dijawab umat dengan nyanyian “Amin”.

4. SALAM
PL : “Salam kasih karunia dan damai-sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian”.
J : Dan menyertai saudara juga!
Penjelasan:
Salam disampaikan oleh pemimpin liturgi kepada umat, dan dibalas oleh umat kepada pemimpin liturgi. Dalam menyampaikan salam, pemimpin liturgi boleh mengangkat satu tangan (khusus yang berjabatan Pendeta). Jadi pemberian salam oleh pemimpin liturgi dibalas dengan ucapan “salam” dari umat.

(Jemaat duduk)

5. KATA PEMBUKA
PL : “…………………………… Marilah kita membaca nas pembimbing yang diambil dari ……………………. “ (ayat-ayat dibaca secara bergantian dengan jemaat jikalau dimungkinkan)
Penjelasan:
Fungsi kata pembuka adalah untuk menyampaikan informasi tentang tema, tahun gerejawi, lalu membacakan secara bergantian nas pengantar kebaktian yang sesuai dengan tema khotbah. Tujuannya agar jemaat lebih disiapkan untuk memahami makna seluruh kebaktian yang sedang berlangsung.

6. NYANYIAN JEMAAT
(Nyanyian yang sesuai dengan tema atau nas)
Penjelasan:
Fungsi dari nyanyian jemaat di tempat ini adalah nyanyian yang bersifat memuliakan, memuji dan mengagungkan nama Tuhan. Diharapkan nyanyian ini sesuai dengan tema atau nas pengantar kebaktian.

7. PENGAKUAN DOSA
PL : (berdoa)
Penjelasan:
Doa pengakuan dosa adalah doa pengakuan dosa di hadapan Allah yang mana umat mengakui segala keterbatasan, kelemahan, kepapaan, dan ketidaksempurnaan manusia dan gerejaNya dalam melakukan kehendak Allah.


8. NYANYIAN JEMAAT
(Nyanyian Pengakuan Dosa atau Kyrie)
Penjelasan:
Nyanyian pengakuan dosa pada prinsipnya merupakan pujian untuk menyatakan penyesalan dan permohonan untuk hidup dalam pertobatan, serta juga agar Tuhan mengaruniakan rahmatNya. Dalam nyanyian pengakuan dosa dapat menggunakan “Kyrie” (Tuhan kasihanilah), misalnya KJ. 42-44, NKB. 24-29, PKJ. 48-50, 306.

(Jemaat berdiri)

9. BERITA ANUGERAH
PL : (Membacakan ayat-ayat Alkitab, diakhiri dengan pernyataan: “Demikianlah berita Anugerah dari Tuhan”)
J : Syukur kepada Allah!
Penjelasan:
Berita anugerah merupakan pernyataan anugerah pengampunan dosa terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di atas kayu salib.

Catatan:
- Dalam kebaktian Minggu, salam damai dilakukan sesudah berita anugerah, sehingga tindakan bersalaman sebelum memasuki liturgi tidak perlu dilakukan lagi.
- Dalam kebaktian Perjamuan Kudus, salam damai dilakukan sebelum pemecahan roti sebagai bentuk konkret dari bagian Doa Bapa Kami yang menyatakan: “Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami”.


10. NYANYIAN JEMAAT
(Nyanyian Gloria)
Penjelasan:
Nyanyian Jemaat di sini merupakan nyanyian kesanggupan dari umat sebagai suatu sikap tekad iman untuk hidup benar sesuai dengan kehendak Allah. Itu sebabnya nyanyian jemaat di sini disebut pula nyanyian Gloria, karena umat bersedia menyatakan komitmen imannya untuk memuliakan Allah dalam seluruh hidupnya. Penggunaan nyanyian Gloria, misalnya KJ. 45-48, NKB. 30-31, 54; dan PKJ 51, 304. Di antara nyanyian “Gloria” tersebut jemaat diajak untuk mengucapkan “salam damai”. Arti dari salam damai adalah tindakan saling bersalaman di antara anggota jemaat sambil mengucapkan “Salam Damai!” kepada sesama anggota jemaat yang terdekat.


(Jemaat duduk)
B. PELAYANAN FIRMAN

11. DOA PELAYANAN FIRMAN
PL : (Mengucapkan doa untuk mohon pertolongan Roh Kudus dalam pelayanan firman, dan diakhiri dengan: “Kami berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus”)
J : Amin
Penjelasan:
Doa pelayanan firman merupakan permohonan agar Allah mengaruniakan Roh KudusNya, sehingga umat dapat menyambut dan memberlakukan firman Tuhan tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Secara bersengaja liturgi GKI tidak lagi menggunakan istilah “doa epiklesis”. Karena doa epiklesis adalah doa permohonan agar Roh Kudus menerangi umat untuk mengerti makna sakramen Perjamuan Kudus. Jadi pada waktu pelaksanaan sakramen Perjamuan Kudus, doa pelayanan firman tersebut dapat disebut sebagai “doa epiklesis”.

12. PEMBACAAN ALKITAB
a. Bacaan Pertama (dari Perjanjian Lama)
PL : Bacaan diambil dari kitab ….. pasal…. ayat…. (kemudian membacakannya). Diakhiri dengan pernyataaan: “Demikianlah sabda Tuhan!”
J : Syukur kepada Allah!

b. Antar Bacaan/Mazmur Tanggapan
PL : Marilah kita menanggapi firman Tuhan tersebut dengan membaca dari kitab Mazmur pasal … ayat …. (kemudian membacakannya).

c. Bacaan Kedua (dari surat-surat para rasul)
PL : Bacaan diambil dari …. pasal …. ayat…. (kemudian membacakannya). Diakhiri dengan pernyataan: “Demikianlah sabda Tuhan!”
J : Syukur kepada Allah!

d. Bacaan Ketiga (Injil)
PL : Bacaan diambil dari kitab Injil Tuhan Yesus Kristus menurut …. pasal …. ayat …. Diakhiri dengan pernyataan: “Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memelihara dalam kehidupannya. Haleluyah! atau Maranatha! atau Hosiana!”
J : (menyanyikan) Haleluyah (3x) atau Maranatha (3x) atau Hosiana (3x) – sesuai tahun gerejawi.

Penjelasan:
Pada bagian pembacaan Alkitab yang terdiri dari 4 bacaan ini sebaiknya dilakukan secara bergiliran dengan penatua dan anggota jemaat yang terpilih dan terlatih, sehingga mereka dapat membawa jemaat untuk mengerti maksud dari firman Tuhan yang dibacakan. Untuk bacaan III (pembacaan Injil) sebaiknya dibaca oleh pelayan firman/pendeta yang berkhotbah. Daftar pembacaan Alkitab dalam kebaktian Minggu mengikuti “Revised Common Lectionary” yang dapat diakses dari internet, yaitu dari:
- www.textweek.com
- www.crescourcei.org/lection.html

13. K H O T B A H
Penjelasan:
Khotbah merupakan pemberitaan firman Tuhan yang didasarkan pada kesaksian Alkitab yang adalah firman Allah. Untuk itu bahan khotbah leksionari ini harus didasarkan dari penafsiran yang komprehensif (utuh) dari 3 pembacaan Alkitab, yaitu dari Bacaan I, II dan III. Dalam hal ini Komisi Rancangan Khotbah GKI menerbitkan rancangan khotbah leksionari.

14. SAAT HENING
(jemaat hening sejenak untuk meresapi firman Tuhan yang telah didengarnya ……)
Penjelasan:
Saat hening bertujuan memberi kesempatan umat untuk meresapi firman Tuhan yang telah didengarkan. Karena itu selama saat hening sebaiknya sama sekali tidak ada permainan alat musik, apalagi nyanyian dari Paduan Suara/Vokal Grup.

15. PADUAN SUARA
Penjelasan:
Paduan Suara pada prinsipnya merupakan nyanyian jemaat dan mengarahkan umat agar dapat memuliakan Allah dalam bentuk nyanyian selama kebaktian berlangsung. Karena itu fungsi Paduan Suara haruslah mendukung unsur-unsur liturgi. Apabila tema atau isi lagu dari Paduan Suara tersebut mendukung pemberitaan firman sebaiknya nyanyian tersebut dinyanyikan setelah khotbah dan saat hening. Tetapi apabila tema dan isi lagu sesuai dengan pengakuan dosa, sebaiknya dinyanyikan setelah doa dan nyanyian pengakuan dosa. Karena itu pemimpin paduan suara harus mempelajari terlebih dahulu tema-tema khotbah, atau tujuan dari nyanyian yang akan dinyanyikan oleh Paduan Suara/Vokal Grup.

(Jemaat berdiri)

16. PENGAKUAN IMAN
PL : Marilah kita bersama dengan umat Allah di masa lalu, masa kini, dan masa depan mengingat Pengakuan iman pada baptisan kita menurut Pengakuan Iman Rasuli.
PL+J : Aku percaya …….
Penjelasan:
Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan. Karena itu pengakuan iman dinyatakan dengan berdiri tegak dan khidmat, yang mana kedua tangan dapat dilipat seperti saat berdoa.

(Jemaat duduk)

17. DOA SYAFAAT
PL : (mengajak jemaat menaikan doa-doa syafaat, dan diakhiri dengan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yaitu “Doa Bapa Kami”)
Penjelasan:
Doa syafaat merupakan perwujudan imamat am orang percaya dalam bentuk doa umat yaitu untuk mendoakan pergumulan dunia agar Allah memulihkan segala yang rusak, sehingga kasih, keadilan dan kebenaranNya dapat ditegakkan kembali. Selain itu juga berfungsi untuk mendoakan agar umat diberi kekuatan dan penghiburan di tengah-tengah pergumulan mereka. Dalam hal ini doa syafaat tidak dapat digantikan oleh Doa Bapa Kami. Sebaiknya setelah doa syafaat, umat diajak untuk menaikkan Doa Bapa Kami.

C. PELAYANAN PERSEMBAHAN


18. NAS PERSEMBAHAN
PL : (mengajak jemaat dengan nas anjuran persembahan)
Penjelasan:
Nas persembahan merupakan ajakan persembahan agar umat mengungkapkan rasa syukur atas pemeliharaan, kasih dan anugerah Allah di dalam kehidupan mereka.

19. NYANYIAN JEMAAT
(sementara jemaat menyanyikan nyanyian persembahan, para pelayan mengumpulkan persembahan)
Penjelasan:
Dalam nyanyian persembahan ini, umat menyatakan sukacita dan syukur kepada Allah. Karena itu bentuk nyanyian persembahan mencerminkan dan mengungkapkan sukacita dan ucapan syukur umat.

(Jemaat berdiri)

20. DOA PERSEMBAHAN
PL : (mengucapkan doa persembahan yang diakhiri dengan pernyataan “Kami berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus”).
J : Amin
Penjelasan:
Sikap jemaat berdiri ketika kantong-kantong persembahan dibawa ke depan mimbar. Hal ini menjadi tanda bahwa jemaatlah yang mengantarkan persembahannya kepada Tuhan. Setelah itu umat diajak untuk menaikkan doa persembahan.
Catatan:
Khusus pada waktu melaksanakan sakramen Perjamuan Kudus, selain kantong-kantong persembahan di bawa ke depan mimbar, para penatua juga membawa alat-alat sakramen Perjamuan Kudus untuk diserahkan kepada Pendeta selaku pemimpin liturgi kebaktian. Jadi urutan prosesinya sebagai berikut: penatua yang membawa alat-alat sakramen Perjamuan Kudus, kemudian barulah para petugas yang membawa kantong persembahan.



D. PENGUTUSAN

21. NYANYIAN JEMAAT
(Nyanyian Pengutusan)
Penjelasan:
Setelah doa persembahan umat tidak perlu diajak kembali menyanyikan nyanyian persembahan. Sebab setelah doa persembahan, umat yang masih di dalam posisi berdiri diajak untuk menyanyikan nyanyian pengutusan. Tema nyanyian pengutusan sedapat mungkin mencerminkan tema pemberitaan firman sehingga jemaat didorong dan dimotivasi untuk mengingat dan melakukan firman Tuhan tersebut di dalam kehidupan mereka sehari-hari.

22. PENGUTUSAN
PL : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan
J : Kami mengarahkan hati kami kepada Tuhan
PL : Jadilah saksi Kristus
J : Syukur kepada Allah
PL : Terpujilah Tuhan
J : Kini dan selamanya

Penjelasan:
Amanat pengutusan merupakan panggilan kepada umat untuk mengarahkan hati mereka kepada Tuhan sebagai saksi-saksi Kristus.

23. BERKAT
PL : (mengucapkan berkat dari Rom. 15:13, atau dari: Bil. 6:24-26)
J : (menyanyikan) Haleluyah (5x), Amin (3x) atau Maranata (5x), Amin (3x) atau Hosiana (5x), Amin (3x) – sesuai tahun gerejawi.
Penjelasan:
Berkat pada akhir kebaktian diucapkan oleh pemimpin liturgi yang adalah pendeta dengan mengangkat kedua tangannya. Pemimpin liturgi yang tidak/belum berjabatan pendeta mengucapkan berkat dengan mengganti kata ganti orang kedua, yaitu “kamu/engkau” dengan kata ganti orang pertama “kita”, tanpa disertai tindakan mengangkat tangan.

24. SAAT TEDUH
(Setelah saat teduh, bel dibunyikan 3x)

25. WARTA LISAN

26. PROSESI KELUAR


Catatan:
- Sikap jemaat untuk berdiri dan duduk selama kebaktian berlangsung dilakukan secara spontan tanpa ajakan dari Pemimpin Liturgi.
- Tanggapan/respon jemaat sebagaimana dinyatakan dalam bentuk rumusan liturgi dilakukan spontan.
- Mimbar utama memiliki fungsi untuk pemberitaan firman Tuhan. Karena itu pemimpin liturgi yang bertugas dalam kebaktian seperti membaca Bacaan I, Antar Bacaan, Bacaan II, Pengakuan Iman Rasuli/Konstantinopel, Nas Persembahan, Doa Persembahan tidak menggunakan mimbar utama, tetapi mereka menggunakan mimbar lain yang umumnya lebih kecil.

Pengirim:
Pdt. Yohanes Bambang Mulyono
GKI Perniagaan - Jakarta

GKI ajibarang

Rencana Allah yang Agung telah menghimpun umat-Nya di sebuah kota kecil di sebelah barat kota Purwokerto yang bernama Ajibarang. Berawal dari kerinduan beberapa keluarga untuk mencari Tuhan dan beribadah di gereja. Mereka kemudian mengikuti kebaktian di GKJ Purwokerto Cabang Ajibarang. Keluarga-keluarga tersebut adalah Keluarga Gee Tit Hong, Keluarga Kwee Anteng Nio, Keluarga Sie Tempat Nio, dan Keluarga Gauw Eng Hwa. Setiap hari Tuhan menambah jumlah mereka. Dengan pertambahan tersebut, maka tumbuhlah kerinduan untuk bisa mengadakan kebaktian sendiri. Kerinduan ini ditindaklanjuti dengan mengutus beberapa orang untuk menemui Majelis GKI Purwokerto menyampaikan keinginannya untuk bergabung. Keinginan tersebut disambut baik oleh Majelis GKI Purwokerto, sehingga dalam rapat majelis tanggal 28 Juni 1962 diputuskan bahwa mulai bulan Agustus 1962 di Ajibarang diadakan kebaktian dua kali sebulan. Ternyata jumlah yang bergabung terus bertambah, sehingga pada tanggal 12 januari 1963 diadakan kebaktian pembukaan GKI Purwokerto cabang Ajibarang oleh Pdt. Petrus Hardjopranoto. Sampai dengan waktu itu GKI Purwokerto cabang Ajibarang belum memiliki gedung gereja sendiri, sehingga untuk ibadah setiap hari Minggu pk. 16.00, harus meminjam tempat di GKJ Purwokerto cabang Ajibarang. Roh Kudus terus berkarya dengan membawa banyak orang masuk menjadi anggota GKI Purwokerto cabang Ajibarang. Pada waktu itu pelayanan untuk anak-anak juga sudah diberikan dalam bentuk pelayanan Sekolah Minggu. Pelayanan ini dimaksudkan untuk mendidik iman anak-anak baik anak anggota jemaat maupun anak-anak simpatisan jemaat. Adapun guru-guru yang melayani Sekolah Minggu pada waktu itu adalah: Gee Lenny, Gee Ne Ni, dan Sie Kiem Tjoe. Tidak terasa delapan tahun sudah persekutuan jemaat GKI Purwokerto cabang Ajibarang meminjam gedung gereja GKJ Purwokerto cabang Ajibarang, sehingga timbullah kerinduan untuk memiliki gedung gereja sendiri. Dengan bantuan GKI Purwokerto, dimulailah pekerjaan pembangunan gedung gereja di Ajibarang. Berkat pertolongan dan kuasa Tuhan sendiri, akhirnya kerinduan tersebut terwujud. Gedung gereja itu sendiri berada di Jl. Raya Ajibarang. Peresmian penggunaan gedung gereja diadakan pada tanggal 30 agustus 1971, yang dilayani oleh Pdt. Gayus Gunawan. Seiring dengan bertambahnya anggota jemaat, maka tentu perlu penanganan secara khusus. Oleh sebab itu, Majelis GKI Purwokerto oada tahun 1975 memanggil Sdr. Andreas Agus Susanto untuk melayani jemaat di Ajibarang. Pelayanan Sdr. Andreas Agus Susanto berakhir pada tahun 1977. Kekosongan pengerja ini kemudian diisi oleh Sdri. Helena Prihatin, yang melayani sepanjang tahun 1977. selanjutnya pelayanan jemaat di Ajibarang dipercayakan kepada Sdr. Bactiar Kokasih sampai tahun 1979. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Pada akhir tahun 1979 gedung gereja harus mengalami pemotongan guna pelebaran jalan raya Ajibarang. Pemotongan gedung gereja ini tentu saja membuat ruang untuk kebaktian semakin sempit. Akhirnya, diputuskan untuk menjual gedung gereja tadi dan mencari lokasi yang baru. Dikarenakan tidak memiliki tempat untuk kebaktian lagi, maka untuk sementara kebaktian diadakan di rumah Bpk. Budihardjo, salah seorang simpatisan gereja, sedangkan Sekolah Minggu bertempat di rumah Bpk. Simon Wahono. Di tengah situasi semacam itu, Tuhan mengirimkan hamba-Nya Yusak Santoso, S.Th. untuk melayani cabang Ajibarang. Sedangkan, pembangunan gedung gereja di Jl. Samingan no. 1, Ajibarang telah bisa diselesaikan, dan peresmiannya diadakan pada tanggal 16 Desember 1980 bersamaan dengan kebaktian dan perayaan Natal yang dilayani oleh Pdt. Gayus Gunawan. Di akhir tahun 1981 Sdr. Yusak Santoso mengakhiri masa pelayanan di Ajibarang, maka kembali cabang Ajibarang mengalami kekosongan pengerja. GKI Purwokerto sebagai gereja `induk' mengambil alih pelayanan dan pembinaan di cabang Ajibarang. Sampai pada tahun 1983, Tuhan mengirimkan Sdri. Lisa Kurniawati, B.Th., dilanjutkan Sdr. Meyer Pontoh, S.Th. sampai dengan tahun 1985. Sampai dengan tahun 1985, GKI Purwokerto Cabang Ajibarang belum memiliki rencana pengembangan ke depan yang jelas. Hal tersebut disebabkan karena perangkat-perangkat pendukungnya belum ada. Pada tahun 1986, GKI Purwokerto memanggil Pdt. John Then untuk melayani GKI Purwokerto dan dikhususkan untuk mengembangkan cabang Ajibarang. Pada masa pelayanan Pdt. John Then, rencana pengembangan cabang Ajibarang menjadi lebih nyata. Seiring dengan pemberlakuan Tata Gereja dan tata Laksana GKI Jateng, maka secara otomatis GKI Purwokerto Cabang Ajibarang berubah menjadi GKI Purwokerto Bajem Ajibarang. Panitia GKI Purwokerto Cabang Ajibarang yang pertama adalah: Pdt. John Then, Bpk. Simon Wahono, Bpk. Yudi Purnomo, Bpk. Suryanto W. W., Bpk. Susanto, Bpk. Yusuf Arimathea, Bpk. Imam Susanto, Ibu Lenny Rahardjo, Bpk. Biantoro, Bpk. Edi Sugiono. Di Bawah bimbingan Pdt. John Then, Panitia Bajem Ajibarang meningkatkan kemampuan berorganisasi, sehingga dilakukan penataan-penataan yang membuat Bajem Ajibarang merindukan sebuah jemaat yang dewasa. Pada tahun 1992, Pdt. John Then mengakhiri masa pelayanannya di Bajem Ajibarang untuk melayani di GKI Ngupasan, Yogyakarta. Dengan kepergian beliau maka penataan-penataan yang sudah dibuat sempat terbengkalai, secara khusus persiapan menuju pendewasaan, namun harapan untuk menjadi jemaat yang dewasa tetap ada. Pada tahun 1993, Majelis Jemaat GKI Gatot Subroto, Purwokerto memanggil Sdr. Yohanes Budi Santoso untuk secara khusus melayani Bajem Ajibarang. Pada tahun 1996, Sdr. Yohanes Budi Santoso ditahbiskan menjadi pendeta GKI Gatot Subroto, Purwokerto, namun beliau kemudian dikhususkan untuk melayani di Bajem Bumiayu, sehingga Bajem Ajibarang mengalami kekosongan pengerja kembali. Pada bulan Oktober 1997, GKI Gatot Subroto, Purwokerto memanggil Sdr. Guruh Jatmiko Septavianus untuk memasuki masa perkenalan. Pada bulan Desember 1997 beliau memasuki masa orientasi. Sdr. Guruh Jatmiko Septavinus dipanggil secara khusus untuk melayani Bajem Ajibarang, dan kerinduan untuk menjadi jemaat dewasa mulai digaungkan kembali. Berkenaan dengan hal tersebut, maka seluruh komponen yang ada di bajem Ajibarang bergerak bersama dan menata diri menuju kepada pendewasaan. Setelah dirasakan siap, maka atas permintaan GKI Gatot Subroto, Purwokerto, BPMK GKI Klasis Purwokerto mengadakan perlawatan khusus. Dalam perlawatan khusus tersebut, BPMK GKI Klasis Purwokerto dapat merekomendasikan Bajem Ajibarang menjadi GKI Ajibarang. Dalam persidangan XXVI Majelis Klasis GKI Klasis Purwokerto, pendewasaan Bajem Ajibarang disetujui, dan dalam persidangan yang sama, Tt. Guruh Jatmiko Septavianus pun dinyatakan lulus ujian peremtoar dan layak untuk ditahbiskan menjadi pendeta. Pelaksanaan pentahbisan Tt. Guruh Jatmiko Septavinus dilakukan pada tanggal 30 September 1999, sedangkan pada tanggal 1 November 1999 menyusul Bajem Ajibarang didewasakan, dan sejak saat itu pula GKI Gatot Subroto Bajem Ajibarang telah menjadi GKI Ajibarang. Dalam kebaktian pendewaan dilaksanakan serah terima anggota jemaat dan harta kekayaan dari Majelis Jemaat GKI Gatot Subroto kepada Majelis Jemaat GKI Ajibarang. Demikian pula dengan status kependetaan Pdt. Guruh Jatmiko Septavianus dialihkan menjadi Pendeta Jemaat GKI Ajibarang. Adapun susunan Majelis Jemaat GKI Ajibarang yang pertama adalah: Tt. Akong Riyanto, Tt. Yusuf Arimathea, Tt. Suwanto, Tt. Imam Susanto, Tt. Ongko Sugiono, Dk. Suryanto, dan Pdt. Guruh Jatmiko Septavianus.

Rest In Peace




Turut Berduka Cita atas meninggalnya ayahanda dari Pdt.Guruh Jatmiko Septavianus pada hari Selasa 16 september 2008. Semoga diterima disisiNya. Amen








Minggu, 14 September 2008

Peneguhan Pdt. Guruh Jatmiko Septavianus

Free Image Hosting at www.ImageShack.us

Pdt. Guruh Jatmiko Septavianus Telah diteguhkan sebagai Pendeta GKI dengan basis pelayanan di GKI Kwitang Jakarta (setelah mengakhiri pelayanan diGKI ajibarang ) dalam kebaktian Peneguhan Pendeta pada hari Senin 25 Februari 2008 di GKI Kwitang Jakarta !!

JL.Samingan no 1 ajibarang

Free Image Hosting at www.ImageShack.us

QuickPost Quickpost this image to Myspace, Digg, Facebook, and others!